Kamis, 19 Maret 2009

Sportifitas yang tercabik

Bagi para penggemar sepak bola ditanah air,pasti tahu berita memilukan beberapa waktu yang lalu.Jumadi Abdi,salah satu pemain sepak bola dinegri ini meninggal dunia.Bukan masalah meninggal dunianya,namun penyebab meninggalnya yang membuat kita mengelus dada.Jumadi Abdi meninggal setelah berbenturan dengan bek persela Deny Tarkas.Kedua pemain berbenturan saat PKT Bontang,tim yang dibela Jumadi Abdi,menjamu persela lamongan distadion Mulawarman,Bontang,Sabtu (7/3) pada lanjutan pertandingan putaran kedua superliga 2008/2009.Saat benturan terjadi kaki Tarkas mendarat di perut Jumadi yang membuat pemain PKT itu terkapar dan langsung mengerang kesakitan.Sesaat setelah kejadian,Jumadi Abdi langsung dibawah kerumah sakit PKT Bontang.Setelah dirawat selama 8 hari,akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada,Minggu (15/3).

Sebenarnya bukan masalah meninggalnya Jumadi Abdi saja yang ingin saya tulis,tapi tentang masalah sportifitas dipersepakbolaan negeri ini yang terus mengalami kemunduran.Kerusuhan demi kerusuhan terus mewarnai pentas persepakbolaan negri ini.Mulai kerusuhan antar suporter,antar pemain hingga tayangan konyol tentang pemain yang sedang rame-rame menggebuki wasit.Sungguh tragis wajah dunia persepakbolaan di tanah air ini.

Sportifitas yang trus ternodai itu dilengkapi dengan kepengurusan di tubuh PSSI yang semakin amburadul.Sy masih ingat ketika Arema tidak bisa mengikuti liga champion Asia,gara-garanya sepele,PSSI terlambat mendaftarkan Arema ke panitia liga champion Asia.Belum lagi format kompetisi yang sering berubah-rubah.Ada lagi yang membuat geli.Komding,alias komisi banding.Komisi banding ini seringkali mencabut hukuman-hukuman yang diberikan oleh komisi disiplin.Pemain atau kelompok suporter yang terkena hukuman 2tahun dilarang bertanding atau dilarang menemani tim kesayangannya bertanding,ketika tiba dikomisi banding hukuman itu bisa hanya menjadi 6 bulan atau bahkan hanya 2 bulan.Ada apa ini?Permainan uangkah?

Kembali ke masalah sportifitas,mungkin karena hukuman yang bisa dibeli itu,sehingga para pemain cenderung bermain kasar dilapangan.Sportifitas seolah-olah diinjak-injak dan tiada guna.Sportifitas jugalah yang menjadi salah satu penyebab meninggalnya Jumadi Abdi.Seandainya para pemain sepak bola dinegri ini menghargai sportifitas dan tidak bermain kasar,mungkin tidak perlu ada nyawa yang melayang.Sudah saatnya PSSI dan elemen-elemen persepakbolaan dinegri ini berbenah dan belajar menghargai sportifitas,agar tidak ada Jumadi Abdi Jumadi Abdi berikutnya.

15 komentar:

  1. pasti ntar buntut-2nya juga PSSI.
    Hidup AREMA...
    :)
    hehe....

    BalasHapus
  2. kok semua ujung-ujungnya uang ya...sedih...

    BalasHapus
  3. dunia sepak bola kita berbanding lurus dengan kondisi politik kita saat ini yang carut marut.prihatin....

    BalasHapus
  4. @HumorBendol
    Sudah saatnya PSSI mereformasi diri.Wah ternyata mas Bendol Arek malang ya? Kl sy meskipun di Sidoarjo untuk sepak bola sy cenderung ke persebaya.
    @wh
    begitulah kenyataan dinegri ini.Ga bisa dipungkiri.
    @mas bongjun
    iy mas,padahal sepak bola adalah tontonan yang murah dan menarik untuk dinikmati.

    BalasHapus
  5. Loh...bukankah dunia persepakbolaan kita berbeda dg format FIFA?
    Aturannya kan mengikuti hukum rimba persilatan!
    Yg kuat yg menang! Ilmu beladiri free style sangat diperlukan, juga ilmu kebal (hukum), ditambah ilmu santet kalo perlu...wasit nya harus pake pistol,gak perlu sempritan. Ambulance,Panzer, tank dan pasukan anti huru-hara,kalo perlu skalian brimob dan Densus 88 diperkuat pasukan preman dan parpol dikerahkan.
    Juga UGD RS dan dokter bedah harus standby...
    Aku suka kok dg kondisi amburadul kayak gini...menunjukkan kpd dunia luar...'siapa kita' sesungguhnya!....sigh....

    BalasHapus
  6. saya juga baca beritanya, prihatin banget dengan kondisi ini...

    salam kenal ya :D

    BalasHapus
  7. blogwalking.Darah remaja Indonesia sangat panas, mudah marah,mudah tersinggung,membabi buta.sering denger berita pengeroyokan, di jalan-jalan di mall , juga di stadiun ,menelan korban juga.Entah kapan bisa berubah.menyedihkan.

    BalasHapus
  8. ya, ntar dech klo oe jadi mentri olah raga dan pemuda, ntar gw masukin di kurikulum tentang budi pekerti nonton bola...hehe BTW salam kenal

    BalasHapus
  9. @mas Srex
    Mas srex yang jadi wasitnya ya..Hehe
    @mbak Rita
    Dunia persepakbolaan di negri ini memang membuat miris mbak.
    @mbak Aisha
    Sebenarnya bukan darah remajanya saja yang muda panas mbak.Darah "senior"2 yang duduk dikursi dewan juga mudah mendidih.Hehe
    @Fuad
    hehe..Boleh juga.Salam balik mas :-)

    BalasHapus
  10. Horee...theme berubah?
    hehe....

    BalasHapus
  11. Arek Sidoarjo? Tetangga dong...Bendol arek Pasuruan, tapi suka AREMA hehe

    BalasHapus
  12. Lagu lama kayaknya... Kediri juga pernah tuh rusuh gara-gara sepak bola.Mimpi gak sih mendambakan sepak bola Indonesia bisa sekelas liga Inggris?

    BalasHapus
  13. Ayo bro...kabari kalo ada yang baru ya...
    hehe...

    BalasHapus
  14. kasihan banget jumadi abdi ya ;.........
    padahal katanya seminggu lagi dia mau nikah...
    penggemar humor datang berkunjung

    BalasHapus
  15. @ajeng
    masih banyak yang harus dibenahi dipersepakbolaan negri ini.Untuk bisa selevel liga inggris mungkin masih mimpi mbak.
    @HumorBendol
    ok bro d(~_~)b
    @ngeselin
    iya,rencananya bulan april ini.Pada waktu meninggal Jumadi Abdi juga baru ultah.

    BalasHapus

Monggo di spam..